Kerap dirinya berteriak – teriak meminta makan saat lapar, entah itu siang atau malam. Tetangga yang mendengar teriakanya merasa iba dan memberikan makan dan minum.
Keprihatinan warga, sempat ada yang berinsiatif membawanya ke Puskesmas saat dirinya sakit. Namun terkendala, karena tidak memiliki KTP mereka pun bingung harus bagaimana.
Keberadaanya beberapa puluh tahun di Bunta, awalnya mengikuti rekanya berasal dari Pulau Jawa. Selama di perantauan (Bunta), dia (almarhum) bekerja serabutan bersama rekanya yang sudah berdomisili sebagai warga Kecamatan Bunta.
Saat rekanya meninggal beberapa tahun lalu, sejak itu Basuki hidup sebatangkara dan tinggal dalam pondok termasuk saat dirinya sakit dan ajal menjemputnya.