BANGGAI — Sebuah bangunan tua yang merupakan situs bersejarah menapaki sejarah Kota Bunta kini tak terawat lagi.
Amatan media ini, bangunan yang berada dalam pusat kota dengan begitu banyak menyimpan catatan perjuangan pendahulu, terlihat nampak kumuh jauh dari kepedulian.
Bahkan pada beberapa kali peringatan hari bersejarah kurun waktu satu tahun terakhir ini, bangunan yang tidak sedikit merekam sejarah pemerintahan kala itu (Distrik) luput dari perhatian pemerintah setempat.
Bangunan terdapat sebuah papan nama depan pagar bertuliskan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Benda Cagar Budaya Bekas Kantor Distrik Kecamatan Bunta.
Ya, bangunan itu, adalah bekas Kantor Distrik, Kecamatan Bunta pada masa itu, dan letaknya saat ini berada di wilayah administrasi Kelurahan Salabenda, Kecamatan Bunta, Kabupaten Banggai.
Sayangnya bangunan yang juga dulu pernah di jadikan Kantor Kelurahan Salabenda melaksanakan urusan pemerintahan, berbeda jauh kondisinya dengan saat ini yang telah di penuhi tumbuhan rumput liar mulai dari halaman kantor sampai depan pagar kantor.
Pagar berbahan kayu pun sudah rusak tak beraturan di kerumuni rumput liar seakan menjadi khas kondisinya saat ini. Tentu bagi siapa saja yang melihat pemandangan itu, akan timbul rasa miris.
Mungkin kita semua bangga dan paham bicara soal sejarah kota ini, akan tetapi bak dongeng ketika situs sejarah yang merupakan repsentasi kota ini terabaikan begitu saja tanpa ada perbaikan ataupun pemeliharaan.
Akan berbeda dengan kota atau daerah lain yang menaruh perhatian khusus pada situs bersejarah atau tapakan warisan di tempatnya. Untuk wilayah Kecamatan Bunta terdapat pula bangunan monumental (Tugu) 17 Agustus 1945 di wilayah administrasi Kelurahan Bunta I, Kecamatan Bunta.
Berkat tangan dingin Pemerintah Kelurahan Bunta I, monumen bersejarah tersebut, saat ini terlihat indah pasca perbaikan setahun lalu dan menuai apresiasi warga.
Seperti juga situs bersejarah berada di kecamatan tetangga, yakni di Kecamatan Lobu, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Jembatan peninggalan kolonial Belanda yang konon katanya di dirikan dengan tumbal manusia sampai saat ini terjaga eksitensinya. Oleh salah satu aleg DPRD Banggai mengalokasikan dana pokir untuk peremajaan jembatan agar situs bersejarah itu tetap terjaga sepanjang masa.*
(zl)