Daerah

Temu Wartawan Di Kabupaten Banggai, Praktisi Migas Rudi Rubiadini Paparkan Tantangan Produksi Migas Kedepan

Zulkifly Mangantjo
520
×

Temu Wartawan Di Kabupaten Banggai, Praktisi Migas Rudi Rubiadini Paparkan Tantangan Produksi Migas Kedepan

Sebarkan artikel ini
Praktisi Migas Prof. Dr. Ir. Rudi Rubiandini (foto ; Zulkifly/diktenews)

Luwuk.DikteNews.Com – Temu wartawan di laksanakan Joint Operating Body (JOB) Tomori menghadirkan praktisi Minyak dan Gas (Migas) Rudi Rubiandini sukses digelar.

Bertempat di Hotel SwissBell, Kecamatan Luwuk Selatan, Kabupaten Banggai, Senin kemarin (13/12). Pertemuan tersebut dihadiri puluhan wartawan dan wartawati media cetak dan online serta Humas SKK Migas Kalimantan Sulawesi (Kalsul) Faisal Abdi, Senior Relation Security and Comunity Development (Comdev) Agus Sudariyanto.

Selaku pembicara Rudi Rubiandini, memiliki nama lengkap (Prof. Dr. Ir. Rudi Rubiandini Suharsyah) juga mantan Wakil Menteri (Wamen) Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) RI, di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan juga mantan kepala Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas, memaparkan tentang, “Tata Kelola Industri Hulu Migas dan Tantangan Kedepan” yang menjadi tema pertemuan itu.

Di jelaskan, Rudi Rubiandini, Migas pada dasarnya memiliki jasa besar pada bangsa ini, dan keberlangsungan kedepan. Di katakanya pada jaman Presiden Soeharto (Presiden kedua), Migas telah di manfaatkan dan di gunakan,  

Baca Juga :  Kapolda Cup 2023 : 177 Peserta Ikut Lomba Menembak di Polda Sulteng Meriahkan Hari Bhayangkara ke 77

“Tahun 1970 gas telah dimanfaatkan. Dan digunakan sekitar tahun 1976,” jelas pengamat perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Bisnis hulu migas dan hilir migas adalah dua bagian, sebut Rudi. Hulu Migas di kuasai dan di kelola oleh negara seperti, BUMN,BUMD,Koperasi,Badan Usaha Tetap.

Sementara hilir migas bisa di kelola orang per orang termasuk badan usaha, BUMN, BUMD, Koperasi, Badan Usaha Tetap.

Namun begitu dua bagian tadi, jelas Rudi, harus ditunjang dengan profesional tinggi, penggunaan teknologi canggih, dana yang besar serta adanya resiko yang tinggi.

Lebih lanjut, Rudi mengatakan, kebijakan pemerintah terkait produksi migas di Indonesia sangat diperlukan. Tidak heran sebut dia, banyak perusahaan besar di proyek Hulu Migas menarik diri dari Indonesia.  

Hal itu diakibatkan sikap Indonesia terkesan jual mahal terhadap beberapa perusahaan besar Hulu Migas yang menarik diri seperti Shell dan Chevron dari Blok Masela Maluku, Indonesia Deepwater (IDD) dari proyek Kalimantan Timur dan ConocoPhillips asal Amerika Serikat yang mundur dari proyek Blok Corridor Sumtera Selatan.

Baca Juga :  Bupati Banggai Buka Karya Bakti TNI Desa Duata Karya Dan Nipa

“Mundurnya investor dari proyek Hulu Migas jelas berdampak besar bagi sumber pendapatan negara. Jika produksi migas menurun pendapatan negara tergelincir. Di istilahkan seperti perempuan, Indonesia bukan lagi seorang perawan tapi seorang nenek,” sebutnya.

Sambung Rudi, dalam produksi migas diperlukan kesamaan pemahaman bahwa kegiatan Usaha Hulu Migas merupakan kegiatan Pemerintah yang wajib didukung oleh seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat, serta menyampaikan informasi yang tepat mengenai kegiatan Usaha Hulu Migas.

Sebelumnya Faisal Abdi selaku Humas SKK Migas Kalimantan Sulawesi (Kalsul), salah satu pointnya menyebutkan bahwa tahun ini pihaknya telah mendapatkan peringkat propert emas.

Sementara itu Agus Sudariyanto Comdev JOB Tomori menjawab pertanyaan salah satu wartawan soal penerangan (listrik) tenaga gas, mengatakan. Bahwa pihak JOB Tomori telah siap. “Bisa kita lihat di Desa Nonong ada satu bangunan berdiri. Tinggal menunggu kesiapan pihak PLN. Kalau pihak kami (JOB) telah siap,” pungkasnya.*

(zl)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!