Daerah

Tugu TDCC Dulu Mempesona, Kini Terbengkalai Dan Tinggal Kenangan

Zulkifly Mangantjo
958
×

Tugu TDCC Dulu Mempesona, Kini Terbengkalai Dan Tinggal Kenangan

Sebarkan artikel ini

BUNTA.DIKTENEWS.COM — Masih ingatkah kita dengan ajang lomba sepeda berskala internasional Tour De Central Celebes (TDCC) ? Dimana event itu batal karena musibah Gempa Tsunami Palu Provinsi Sulawesi Tengah 2018 silam.

Dibalik batalnya helatan itu, menyisahkan sebuah monumen (tugu) etape pertama rute Luwuk – Bunta berjarak 133,1 Km, letaknya berdiri dihalaman Balai Pertemuan Umum (BPU) Kelurahan Bunta I, Kecamatan Bunta Jalan Poros Transsulawesi.

Kondisinya yang sangat memprihatinkan menyusul batalnya helatan dengan peserta bakal di ikuti sejumlah pesepeda asal luar negeri itu, semakin tidak terawat.

Keindahan tugu dengan sinar lampunya yang dulunya indah memancarkan cahaya dari balik bangunan berbahan Alumunium Composite Panel (ACP) kini tidak ada lagi, diduga lampu tersebut hilang.

Selain itu logo Pemda Banggai terdapat di bagian depan bangunan, tinggal menyisahkan bekas lem begitupun huruf sebuah tulisan “Etape” antaranya telah lepas dari posisinya.

Baca Juga :  Kapolres Banggai Amankan Program Vaksinasi, Sinergi Polri Dan Staf Khusus Presiden RI

Mantan Camat Bunta Ismed Wardhana yang saat ini menjabat Kabag Umum Pemda Banggai mengatakan tugu itu dibangun saat akan digelarnya event berskala internasional (TDCC).

Hanya saja pelaksanaanya batal karena terjadinya musibah Gempa Tsunami Palu yang menjadi duka mendalam bagi kita semua. Maka tugu tersebut, sampai dengan saat ini belum diresmikan.

“Apa anggaranya dari Dinas Parawisata atau Dinas Pendidikan nanti dicek kembali,” ujar Ismed saat di konfirmasi via telepon Minggu (12/9).

Sangat disayangkan tugu yang seharusnya menjadi icon Kecamatan Bunta, tidak seindah dulu lagi. Saking indahnya tugu tersebut, warga setempat atau warga pendatang kerap berswafoto ditempat itu.

Baca Juga :  Respon Cepat PLN Bunta, Ganti Tiang Listrik Rusak

Terlebih malam hari sinar lampunya yang dirancang saat proses pembangunanya, begitu indah hingga menarik perhatian bagi siapapun yang melintasi kawasan itu.

Berbeda jauh dengan hari ini, tugu yang dulunya menjadi kebanggaan masyarakat Bunta, tidak bisa lagi memperlihatkan eksistensinya.

“Kasian ini tugu. Dulu pe gaga skali, sekarang so tidak ta urus, baru depe lampu banyak so ilang,” ujar warga setempat dengan dialeknya.

Warga berharap tugu terdapat ornamen peta sulawesi dan diatasnya lambang burung (Maleo) dan sebuah sepeda, bisa dibenahi kembali untuk mempercantik keindahan kota sebagai icon masyarakat Bunta.

Tidak hanya itu kalau perlu dipasang plang agar aman dari gangguan orang tidak bertanggung jawab untuk tetap menjaga kelestarianya.*

(zl)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!